Pembawakebudayaan ini adalah bangsa Austronesia. 13. Pendapat tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap: Ø Zaman Neolithikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi.
Jakarta - Apa yang dimaksud dengan kebudayaan? Kebudayaan adalah hasil dari akal budi manusia yang meliputi segala aspek kehidupan sosial, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mengembangkan sistem pengetahuan serta norma-norma yang menjadi landasan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Apa Perbedaan Antara Asimilasi dan Akulturasi? Pahami Pengertian dan Contohnya Apa itu Estetika? Asal Usul, Filosofi, dan Pendekatannya Fungsi Cagar Budaya bagi Masyarakat, Perlu Dijaga dan Dilestarikan Kebudayaan merupakan warisan yang dihasilkan oleh generasi sebelumnya dan diwariskan kepada generasi penerus melalui proses belajar. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan, tidak diturunkan secara biologis atau genetis, melainkan diperoleh melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Perlu dipahami, bahwa kebudayaan tidak hanya mencakup aspek intelektual, tetapi juga melibatkan aspek emosional, spiritual, dan sosial dalam kehidupan manusia. Budaya memberikan identitas, merangkul keanekaragaman, dan membentuk cara hidup serta hubungan antarindividu dalam suatu masyarakat. Simak penjelasan lengkapnya. Berikut ulas lebih mendalam tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan, Minggu 11/6/2023.Pulau Dewata Bali tidak hanya terkenal dengan pesona pantai yang memukau, tetapi juga kental dengan budaya dan adat istiadat yang turun-temurun. Salah satu potret pesona itu dapat kamu temukan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis,...Hasil Akal Budi ManusiaWakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana saat bertukar cenderamata usai melakukan pertemuan bilateral dengan Parlemen Papua Nugini. Dok. DPR RIApa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin akal budi manusia, termasuk kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kebudayaan juga mencakup pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan menjadi wadah bagi manusia untuk mengekspresikan diri, memperkaya pengetahuan, dan memperluas pemahaman tentang dunia di sekitarnya. Dalam buku "Pengantar Antropologi" karya Gunsu Nurmansyah, dkk 1871 oleh Tylor, mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebudayaan, yakni pengetahuan kompleks yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan meliputi beragam aspek kehidupan manusia yang mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan lingkungan dan sesama manusia. Koentjaraningrat, seorang antropolog asal Indonesia, dalam buku berjudul "Antropologi SMA/MA Kelas XI" mengartikan apa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan dijadikan miliknya melalui proses pembelajaran. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan menurut Koentjaraningrat, bukanlah sesuatu yang diperoleh secara naluriah, tetapi dipelajari dan dimiliki oleh individu sebagai bagian dari identitas sosial dan budaya mereka. Dalam buku "Pengantar Sosiologi" karya Nurani Suyomukti, dijelaskan beberapa sifat kebudayaan, di antaranya Pertama, kebudayaan tidak diturunkan secara biologis atau genetis, melainkan diperoleh melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Artinya, individu mengasimilasi nilai-nilai, norma, dan pola perilaku dari lingkungan dan masyarakat di mana mereka hidup. Kedua, kebudayaan merupakan milik bersama, karena kebudayaan adalah sesuatu yang diwariskan dan dibagikan oleh anggota masyarakat. Pola-pola tingkah laku muncul karena kebudayaan mengatur cara hidup dan tingkah laku masyarakat. Ketiga, kebudayaan memiliki sifat dinamis, yang berarti dapat berubah seiring waktu. Perubahan ini bisa terjadi secara perlahan maupun cepat, dan terkadang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti kontak antarbudaya atau perubahan sosial dalam masyarakat. Unsur-UnsurnyaPeserta mengenakan pakaian Tari Barong pada karnaval Budaya Bali di kawasan Nusa Dua, Bali, Jumat 12/10. Karnaval tersebut untuk memeriahkan perhelatan Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali. YuniarMenurut Koentjaraningrat, budaya terdiri dari tujuh unsur. Mulai dari bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, ekonomi, religi, dan kesenian. 1. Unsur Kebudayaan Berupa Bahasa Bahasa adalah alat bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa memungkinkan manusia membangun tradisi budaya dan memahami fenomena sosial secara simbolik. Bahasa diwariskan kepada generasi penerus melalui penggunaan bahasa sebagai komponen penting dalam analisis kebudayaan manusia. 2. Unsur Kebudayaan Berupa Pengetahuan Pengetahuan mencakup sistem peralatan hidup dan teknologi yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Pengetahuan meliputi pemahaman tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dalam kebudayaan Indonesia mencakup pengetahuan tentang alam sekitar, tumbuhan, binatang, zat-zat, tubuh manusia, sifat dan tingkah laku manusia, serta ruang dan waktu. 3. Unsur Kebudayaan Berupa Organisasi Sosial Kehidupan dalam masyarakat diatur oleh adat istiadat dan aturan mengenai kesatuan dalam lingkungan. Organisasi sosial dalam kebudayaan Indonesia melibatkan kerabat, keluarga inti, dan tingkatan lokalitas geografis. Perkawinan menjadi dasar pembentukan komunitas atau organisasi sosial dalam unsur kebudayaan Indonesia. 4. Unsur Kebudayaan Berupa Peralatan Hidup dan Teknologi Manusia menciptakan peralatan hidup dan teknologi untuk mempertahankan hidupnya. Unsur ini melibatkan alat-alat produktif, senjata, wadah, alat untuk menyalakan api, makanan, pakaian, perumahan, dan alat transportasi. Peralatan hidup dan teknologi merupakan bagian penting dari unsur kebudayaan Indonesia. 5. Unsur Kebudayaan Berupa Ekonomi Aktivitas ekonomi atau mata pencaharian menjadi unsur kebudayaan Indonesia yang penting. Sistem mata pencaharian seperti berburu, meramu, bercocok tanam, beternak, menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap menjadi fokus dalam kajian etnografi. Sistem ekonomi dalam kebudayaan Indonesia mencakup cara suatu kelompok masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. 6. Unsur Kebudayaan Berupa Religi Religi merupakan unsur kebudayaan Indonesia yang melibatkan emosi keagamaan. Emosi keagamaan mendorong tindakan-tindakan religius dan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral dalam kehidupan manusia. Sistem religi meliputi sistem keyakinan, upacara keagamaan, dan umat yang menganut religi tersebut. 7. Unsur Kebudayaan Berupa Kesenian Kesenian menjadi unsur kebudayaan Indonesia setelah penelitian etnografi terhadap aktivitas kesenian masyarakat tradisional. Seni rupa terdiri dari seni patung, relief, ukiran, dan lukisan. Seni musik terdiri dari seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri dari prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran dan penglihatan. Kajian visual culture dalam antropologi kontemporer juga mengkaji seni film dan foto sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dalammakalah ini saya akan Mengkaji dan membahas karangan etnografi kebudayaan Palembang melalui 7 unsur kebudayaan secara universal. Kota Palembang sebagai ibukota propinsi Sumatera Selatan, yang tumbuh dan berkembang menjadi barometer pertumbuhan di Sumatera bagian selatan.
Palembang - Indonesia memang terkenal akan keragaman budayanya. Keragaman ini menghasilkan variasi kesenian dari berbagai daerah di Indonesia. Seni tari menjadi salah satu keunikan dari keragaman budaya di daerah Sumatra Selatan ada banyak jenisnya. Setiap tarian memiliki cerita, tujuan, dan latar belakangnya masing-masing. Variasi tarian daerah Sumatera Selatan membuatnya menjadi indah dan 7 tarian daerah Sumatra Selatan serta penjelasannya berikut ini. Sumatra Selatan tidak hanya terkenal akan kecantikan pakaian adat maupun keunikan rumah adatnya. Tarian daerah Sumatera Selatan juga indah dan unik dengan latar belakangnya ini adalah 7 tarian daerah Sumatera Selatan serta Tari Gending SriwijayaTari Gending Sriwijaya. Foto YouTube Pesona SriwijayaTarian daerah Sumatra Selatan ini cukup populer dan sering digunakan untuk menyambut tamu penting. Tepak berupa kotak berisi kapur sirih dipersembahkan oleh penari kepada tamu melalui Tari Gending Gending Sriwijaya sebelumnya dipentaskan oleh sembilan orang penari. Namun, kini tarian ini hanya dipentaskan oleh empat hingga lima penari Gending Sriwijaya diciptakan pada tahun 1943 hingga 1944 atas permintaan dari pemerintah era penjajahan Jepang untuk menyambut tamu yang datang berkunjung ke Sumatra konsep dikumpulkan oleh pencipta dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada Tari Erai-EraiTari Erai-erai. Foto YouTube Seni Budaya SumselTari Erai-Erai merupakan salah satu tarian daerah Sumatra Selatan. Tarian ini berkembang di tengah-tengah etnik Erai-Erai menceritakan kegembiraan ketika masa panen padi. Erai-Erai sendiri memiliki arti serai serumpun, yang melambangkan meski bercerai-berai tetapi tetap satu daerah Sumatera Selatan ini populer sejak tahun 1950-an. Tari Erai-Erai diiringin dengan sejumlah instrumen musik akustik yang indah melengkapi tarian Kurung Panjang sebagai pakaian adat digunakan ketika Tari Erai-Erai dipentaskan lengkap dengan kain tumpal perahu, pending, anting-aning, serta aksesoris Tari TanggaiTari tanggai. Foto YouTube Sanggar Rumah Elok PalembangTari Tanggai adalah salah satu tarian daerah khas Sumatra Selatan yang berasal dari Palembang. Tarian ini berkembang hingga ke seluruh Sumatera Tanggai merupakan tarian yang sudah ada sejak abad ke-5 Masehi. Tarian ini ditujukan sebagai persembahan bagi Dewa Siwa dengan membawa sesajen berisi buah dan aneka ragam Tanggai dahulu dikategorikan sebagai tarian yang sakral. Hal ini karena Tari Tanggai merupakan tarian memasuki tahun 1920, Tari Tanggai ditujukan untuk mencari jodoh oleh para orang tua di Palembang dan disebut sebagai Rasan Tari KebaghTari kebagh. Foto YouTube Raiyani MuharramahTari Kebagh merupakan tarian daerah Sumatera Selatan yang sangat populer di daerah Besemah pada zaman dahulu. Pada tahun 1940-an, tarian ini sempat dilarang untuk dipentaskan oleh pemerintah kolonial Kebagh merupakan tarian yang dipentaskan untuk menyambut tamu. Tarian ini sering dipentaskan pada acara resmi seperti resepsi pernikahan. Tari Kebagh diciptakan untuk memberikan hiburan dengan diiringi kenong dan Tari Sambut SilampariTari sambut silampari kahyangan tinggi. Foto YouTube BNPB Sumatera SelatanTarian daerah Sumatra Selatan berikutnya adalah Tari Sambut Silampari. Tarian ini berkembang pada tahun 1950-an di Sumatera Selatan. Tari Sambut Silampari biasanya dipentaskan dalam suatu pementasan tarian ini, konon para tetua kampung dengan kekuatan supranatural memanggil peri dari kahyangan untuk turun ke bumi dan menghibur masyarakat pada hajatan tersebut. Setelah selesai menari, peri-peri tersebut akan kembali ke Tari BegamboTari begambo. Foto YouTube Budaya MubaTari Begambo diciptakan oleh seorang seniman asal Kecamatan Babat Toman, Dusun Toman. Tarian daerah Sumatra Selatan satu ini mengisahkan kebiasaan masyarakat Toman dalam mengelola tanaman tarian ini, diceritakan bagaimana proses mengelola gambo mulai dari menanam, merawat, hingga memanen hasil gambo seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat Toman. Gambo sendiri merupakan tanaman dengan beragam khasiat seperti obat flu bagi ibu dan Tari Tepak KeratonTari tepak keraton. Foto YouTube V Production BPPID SumselPada tahun 1966, Hj. Anna Kumari menciptakan Tari Tepak Keraton untuk menyambut tamu agung Bridgen Ishak Juarsa, Panglima Kodam IV Sriwijaya. Diciptakannya tarian ini karena pada saat itu, Tari Gending Sriwijaya dilarang untuk Kesultanan Palembang Darussalam menjadi inspirasi dari Tari Tepak Keraton. Dulu, terdapat keraton megah yang didirikan oleh Gde Ing Suro di lingkungan Benteng Kuto Tepak Keraton pertama kali dipersembahkan di Jl. Tasik Palembang dengan menyerahkan kapur sirih kepada Bridgen Ishak Juarsa selaku Panglima Kodam IV Sriwijaya yang 7 tarian daerah Sumatera Selatan dengan kecantikan dan keunikannya masing-masing. Semoga bermanfaat ya, detikers! Simak Video "Menikmati Keindahan Alam Curup Maung Sumatera Selatan" [GambasVideo 20detik] des/inf
Śrīwijayamerupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia pada abad ke-7-12 M. Tinggalan bangunan suci dari masa Śrīwijaya tersebar di beberapa kawasan, yaitu Muara Jambi di Jambi, Muara Takus di Riau, Bumiayu di Sumatera Selatan, hingga beberapa kelompok bangunan suci Padang Lawas di Sumatera Utara. Makara merupakan salah satu unsur
1. Rumah Adat Di Sumatra Selatan, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, terdapat karya seni arsitektur yaitu Rumah Limas dan masih bisa kita temukan sebagai rumah hunian di daerah Palembang. Rumah Limas Palembang telah diakui sebagai Rumah Adat Tradisional Sumatera Selatan. Secara umum arsitektur Rumah Limas Palembang, pada atapnya berbentuk menyerupai piramida terpenggal limasan. Keunikan rumah Limas lainnya yaitu dari bentuknya yang bertingkat-tingkat kijing. Dindingnya berupa kayu merawan yang berbentuk papan. Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang atau cagak. Tari Tanggai - Sumatera Selatan 2. Seni Tari 1. Tari Gending Sriwijaya Gending Sriwijaya merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup populer dari kota Palembang Sumatera Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia. Tari Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan ini dibawakan untuk menyambut tamu-tamu agung. Biasanya tarian ini dibawakan oleh sebanyak 13 orang penari, yang terdiri dari 9 orang penari inti dan 4 orang pendamping dan penyanyi Satu orang penari utama pembawa tepak tepak, kapur, sirih, Dua orang penari pembawa peridon perlengkapan tepak, Enam orang penari pendamping tiga dikanan dan tiga kiri, Satu orang pembawa payung kebesaran dibawa oleh pria, Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya, Dua orang pembawa tombak pria. Namun saat ini penyanti gending sriwijaya sudah banyak digantikan dengan media digital dan elektronik seperti VCD maupun tape recorder. 2. Tari Tanggai Tari Tanggai merupakan tarian tradisional dari Sumatera Selatan yang juga dipersembahkan untuk menyambut tamu kehormatan. Berbeda dengan tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga. Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya. 3. Tari Mejeng Basuko Tarian mejeng basuko adalah tarian khas muda mudi Sumatera Selatan Sumsel. Tarian ini menggambarkan muda mudi yang berkumpul dan bersenda gurau untuk menarik hati lawan jenisnya. Tak jarang ada yang sampai jatuh hati dan mendapatkan jodoh dari pertemuan tersebut. Tarian Rodat Cempako adalah tarian khas masyarakat Sumsel yang dipengaruhi oleh gerakan dari Timur Tengah. Tarian Rodat Cempako ini merupakan tarian masyarakat Sumsel yang bernafaskan Islam. 5. Tari Tenun Songket Tarian Tenun Songket dari Sumatera Selatan ini menggambarkan masyarkat Sumsel khususnya kaum wanita yang memanfaatkan waktu luangnya untuk menenun kain songket dan kerajinan tangan. 6. Tari Madik / Nindai Tari Madik / Nindai adalah tarian khas Sumatera Selatan yang menggambarkan proses pemilihan calon menantu. Di Sumatera Selatan terdapat kebiasaan dimana orang tua pria akan berkunjung ke rumah calon menantunya untuk melihat dan menilai Madik dan Nindai kepribadian sehari-hari calon menantu tersebut. 3. Pakaian Adat Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut. Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatra Selatan. Aessan Gede dan Aesan Paksangko Pakaian adat Suamtra Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan. Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak. Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar, serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango. 4. Senjata Tradisonal Senjata Tradisional Sumatera Selatan yang beribuka di Palembang memiliki banyak kesamaan dengan senjata tradisional provinsi lainnya di Pulau Sumatera dan Kepulauan Riau. Namun ada satu senjata yang memang khas Palembang. Senjata tersebut adalah Tombak Trisula. Seperti halnya rencong dari aceh, kujang dari sunda, atau mandau dari Kalimantan, tombak trisula memang sudah dikenal berasal dari Palembang. Namun belum diketahui secara pasti sejak kapan trisula ini menjadi senjata tradisional di Palembang. Diduga perkembangan trisula menjadi senjata tradisional di Palembang ada kaitannya dengan perkembangan kebudayaan Hindu yang ada pada masa kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Hal ini dapat dilihat dari bentuk tombak trisula yang mirip dengan trisula yang ada di kuil kuil Hindu yaitu senjata yang dipegang oleh Dewa Siwa. Walaupun senjata tombak trisula ini juga dipergunakan oleh banyak negara, akan tetapi yang khas dari trisula palembang adalah kedua sisi tombak tersebut dapat dipergunakan sebagai senjata. Satu sisi tombak berbentuk trisula sedangkan sisi lainnya merupakan mata tombak biasa. Selain Tombak Trisula sebagai senjata tradisional Palembang, masyarakat palembang juga mengenal keris sebagai senjata tradisional. Walaupun pada zaman sekarang replikasi keris dipergunakan sebagai pelengkap pakaian tradisional dari Sumatera Selatan. Demikian Sobat, ulasan mengenai senjata tradisional dari Sumatera Selatan. Semoga bermanfaat. 5. Lagu Daerah 1. Pempek Lenzer 2. Kabile Bile 3. Dirut 4. Dek Sangke 5. Kapal Selam 6. Cup Mak Ilang 7. Petang – Petang Bari Diwaktu Malam Sriwjaya 6. Bahasa Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu, Persia, Cina, Portugis, Iggris dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab Arab-Melayu atau tulusan Arab berbahasa Melayu Arab Gundul/Pegon. Bahasa Palembang terdiri dari dua tingkatan, pertama merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan hampir oleh setiap orang di kota ini atau disebut juga bahasa pasaran. Kedua, bahasa halus Bebaso yang digunakan oleh kalangan terbatas, Bahasa resmi Kesultanan. Biasanya dituturkan oleh dan untuk orang-orang yang dihormati atau yang usianya lebih tua. Seperti dipakai oleh anak kepada orang tua, menantu kepada mertua, murid kepada guru, atau antar penutur yang seumur dengan maksud untuk saling menghormati, karena Bebaso artinya berbahasa sopan dan halus. Suku Kubu - Suku Asi Sumatera Selatan - Jambi 7. Suku Suku Kubu merupakan suku asli pedalaman yang menempati wilayah Sumatera Selatan dan Jambi selain tu terdapat 12 Suku Besar yang ada di Sunmatera Selatan, diantaranya 1. Suku Komering Komering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatra Selatan, yang berada di sepanjang aliran Sungai Komering. Seperti halnya suku-suku di Sumatra Selatan, karakter suku ini adalah penjelajah sehingga penyebaran suku ini cukup luas hingga ke Lampung. Suku Komering terbagi atas dua kelompok besar Komering Ilir yang tinggal di sekitar Kayu Agung dan Komering Ulu yang tinggal di sekitar kota Baturaja. Suku Komering terbagi beberapa marga, di antaranya marga Paku Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan marga Semendawai. Wilayah budaya Komering merupakan wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah budaya suku-suku lainnya di Sumatra Selatan. Selain itu, bila dilihat dari karakter masyarakatnya, suku Komering dikenal memiliki temperamen yang tinggi dan keras. Berdasarkan cerita rakyat di masyarakat Komering, suku Komering dan suku Batak, Sumatra Utara, dikisahkan masih bersaudara. Kakak beradik yang datang dari negeri seberang. Setelah sampai di Sumatra, mereka berpisah. Sang kakak pergi ke selatan menjadi puyang suku Komering, dan sang adik ke utara menjadi puyang suku Batak. 2. Suku Palembang Kelompok suku Palembang memenuhi 40 - 50% daerah kota palembang. Suku Palembang dibagi dalam dua kelompok Wong Jeroo merupakan keturunan bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana dari kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo adalah rakyat biasa. Seorang yang ahli tentang asal usul orang Palembang yang juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang merupakan hasil dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok-kelompok suku lainnya di Indonesia. suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa, yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-Sari. Suku Palembang masih tinggal/menetap di dalam rumah yang didirikan di atas air. Model arsitektur rumah orang Palembang yang paling khas adalah rumah Limas yang kebanyakan didirikan di atas panggung di atas air untuk melindungi dari banjir yang terus terjadi dari dahulu sampai sekarang. Di kawasan sungai Musi sering terlihat orang Palembang menawarkan dagangannya di atas perahu. 3. Suku Gumai Suku Gumai adalah salah satu suku yang mendiami daerah di Kabupaten Lahat. Sebelum adanya Kota Lahat, Gumai merupakan satu kesatuan dari teritorial GUMAI, yaitu Marga Gumai Lembak, Marga Gumai Ulu dan Marga Gumai Talang. Setelah adanya kota Lahat, maka Gumai menjadi terpisah dimana Gumai Lembak dan Gumai Ulu menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Pinang sedangkan Gumai Talang menjadi bagian dari Kecamatan Kota Lahat. 4. Suku Semendo Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarahnya, suku Semendo berasal dari keturunan suku Banten yang pada beberapa abad silam pergi merantau dari Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di daerah Semendo. Hampir 100% penduduk Semendo hidup dari hasil pertanian, yang masih diolah dengan cara tradisional. Lahan pertanian di daerah ini cukup subur, karena berada kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut. Ada dua komoditi utama dari daerah ini kopi jenis robusta dengan jumlah produksi mencapai 300 ton per tahunnya, dan padi, dimana daerah ini termasuk salah satu lumbung padi untuk daerah Sumatera Selatan. Adat istiadat serta kebudayaan daerah ini sangat dipengaruhi oleh nafas keIslaman yang sangat kuat. Mulai dari musik rebana, lagu-lagu daerah dan tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam. Bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo. Setiap kata pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e." 5. Suku Lintang Kawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan merupakan tempat tinggal suku Lintang, diapit oleh suku Pasemah dan Rejang. Suku Lintang merupakan salah satu suku Melayu yang tinggal di sepanjang tepi sungai Musi di Propinsi Sumatera Selatan. Suku Melayu Lintang hidup dari bercocok tanam yang menghasilkan kopi, beras, kemiri, karet dan sayur-sayuran. Mereka juga beternak kambing, kerbau, ayam, itik, bebek, dll. Mereka tidak mencari nafkah di sektor perikanan walaupun tinggal di tepi sungai. Orang Lintang adalah penganut Islam yang cukup kuat. Hal ini terlihat dengan banyaknya mesjid-mesjid dan pesantren untuk melatih kaum mudanya. 6. Suku Kayu Agung Suku Kayu Agung berdomisili di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan ibukotanya Kayu Agung. Wilayah ini dialiri sungai Komering. Bahasanya terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Kayu Agung dan dialek Ogan. Mata pencaharian suku ini bertani, berdagang, dan membuat gerabah dari tanah liat. Bentuk pertanian kebanyakan bersawah tahunan karena daerahnya terdiri dari rawa-rawa. Jadi sawah hanya dikerjakan saat musim hujan. Suku Kayu Agung mayoritas beragama Islam, tetapi mereka juga mempertahankan kepercayaan lama, yaitu kepercayaan mengenai dunia roh. Suku Kayu Agung percaya bahwa roh-roh nenek moyang dapat mengganggu manusia. Oleh karena itu, sebelum mayat dikubur harus dimandikan dengan bunga-bunga supaya arwah roh yang mati lupa jalan ke rumahnya. Mereka juga percaya akan dukun yang membantu dalam upacara pertanian, baik saat menanam maupun saat panen. Selain itu ada tempat-tempat keramat yang mereka anggap sebagai tempat bersemayamnya para arwah. 7. Suku Lematang Suku Lematang tinggal di daerah Lematang yang terletak di antara Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat. Daerah ini berbatasan dengan daerah Kikim dan Enim. Suku ini menempati wilayah di sepanjang sungai Lematang, di sekitar kota Muaraenim dan kota Prabumulih. Asal usul orang Lematang dari kerajaan Majapahit, keturunan orang Banten dan Wali Sembilan. Orang Lematang sangat terbuka dan memiliki sifat ramah tamah dalam menyambut setiap pendatang yang ingin mengetahui seluk beluk dan keadaan daerah dan budayanya. Mereka juga memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Hal itu terbukti dari sikap gotong royong dan tolong menolong bukan hanya kepada masyarakat Lematang sendiri tetapi juga kepada masyarakat luar. 8. Suku Ogan Suku Ogan terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir. Mereka mendiami tempat sepanjang aliran Sungai Ogan dari Baturaja sampai ke Selapan. Orang ogan biasa juga disebut orang Pagagan. Suku Ogan terbagi menjadi 3 tiga sub-suku, yakni Suku Pegagan Ulu, Suku Penesak, dan Suku Pegagan Ilir. Kelompok masyarakat ini adalah penduduk asli dan bertani, tetapi banyak juga yang menjadi pegawai negeri. Makanan pokok suku ini ialah hasil pertanian. 9. Suku Pasemah Suku Pasemah adalah suku yang mendiami wilayah kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di provinsi Bengkulu. Menurut sejarah, suku ini berasal dari keturunan Raja Darmawijaya Majapahit yang menyeberang ke Palembang pulau Perca. Suku ini banyak yang tersebar di pegunungan Bukit Barisan, khususnya di lereng-lerengnya. Menurut mitologi nama Pasemah berasal dari kata Basemah yang berarti berbahasa Melayu. Hasil utama masyarakat suku ini ialah kopi, sayur-sayuran dan cengkeh dengan makanan pokoknya ialah beras. 10. Suku Sekayu Suku Sekayu terletak di Propinsi Sumatera Selatan. Dalam wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Mayoritas penduduknya petani. Hasil pertaniannya adalah padi, singkong, ubi, jagung, kacang tanah dan kedelai. Hasil perkebunan yang menonjol adalah karet, cengkeh dan kopi. Industri rakyat yang terkenal berupa bata dan genteng. Suku Sekayu merupakan "manusia sungai" dan senang mendirikan rumah-rumah yang langsung berhubungan dengan sungai Musi. Tidak seperti umumnya suku-suku di Indonesia, suku Bugis, Minangkabau atau Jawa, suku Sekayu jarang berpindah-pindah ke tempat yang jauh. Keinginan untuk lebih maju dan mencari keberuntungan mereka lakukan hanya sampai di ibukota propinsi. Suku Sekayu yang tinggal di Palembang menduduki sektor-sektor pekerjaan yang penting, mulai dari guru besar/dosen universitas, ahli riset, hartawan dan pengembang lahan, pekerja galangan dan penarik becak. 11. Suku Rawas Suku ini terletak di wilayah propinsi Sumatera Selatan, tepatnya di sekitar dua aliran sungai Rawas dan sungai Musi bagian utara. Suku ini menempati wilayah di Kecamatan Rawas Ulu, Rawas Ilir, dan Muararupit, di Kabupaten Musi Rawas. Bahasa Rawas masih tergolong ke dalam rumpun melayu. Di wilayah ini banyak terdapat kebun karet rakyat. 12. Suku Banyuasin Suku ini terutama tinggal di kab. Musi Banyuasin yaitu di kec. Babat Toman, Banyu Lincir, Sungai Lilin, dan Banyuasin Dua dan Tiga. Umumnya mereka tinggal di dataran rendah yang diselingi rawa-rawa dan berada di daerah aliran sungai. Sungai terbesar adalah sungai Musi yang memiliki banyak anak sungai. Mata pencaharian pokoknya adalah bertani di sawah dan ladang. Mereka masih percaya terhadap berbagai takhyul, tempat keramat dan benda-benda kekuatan gaib. Mereka juga menjalani beberapa upacara dan pantangan.
Kegiatantersebut dihadiri juga oleh Dirjen Pertanian Pusat, para Bupati Kabupaten tetangga, Forkopimda Provinsi dan Kabupaten, Kejari, Polres, Kodim, dan seluruh unsur organisasi pertanian se-OKU Timur. Sabtu (3/4/21). OKU Timur didaulat sebagai penghasil gabah kering terbesar se-Sumatera Selatan.
ProvinsiLampung. Untuk daerah Provinsi Lampung terdapat 4 (empat) alat musik tradisional yang asli daidapit salah satu alat musik yaitu Kompang Serdam, Cerik, Gamolan Pekhing dan Bende. . Dari ke-4 (empat) alat musik menjadi alat musik terk. Demikian penjelasan tentang Mengenal Berbagai Alat Musik Tradisional Dari Sumatera, semoga dapat
PriaSumatera Selatan mamakai pakaian adat berupa mahkota , kalung bersusun dengan baju yang khas. Di kaimantan pun juga banyak terdapat tarian daeras setempat yang sangat kental dengan unsur kebudayaan mereka. Ada banyak tarian yang terdapat di tanah Kalimantan ini, diantaranya tarian baksa kembang, tari tambun sungai, tari baleen dadas
Fenomenaupacara adat pernikahan di Sumatera Selatan sudah tidak semurni dahulu, karena upacara pernikahan pada zaman sekarang sudah terjadi pergeseran, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. (Koentjaraningrat, 1980
vPengaruh Islam telah membawa perubahan yang besar dalam aspek politik, ekonomi dan sosial masyarakat Melayu sebelum kedatangan Barat Masyarakat Melayu tidak memisahkan konsep ini hingga kelihatan agama dan kepercayaan itu sama Di Malaysia, pengaruh dan kesan tamadun India dapat dilihat dalam segenap aspek kehidupan masyarakat Malaysia adalah sebuah
ZFdt2j. jx49piw88d.pages.dev/142jx49piw88d.pages.dev/468jx49piw88d.pages.dev/411jx49piw88d.pages.dev/86jx49piw88d.pages.dev/150jx49piw88d.pages.dev/177jx49piw88d.pages.dev/246jx49piw88d.pages.dev/227
7 unsur kebudayaan sumatera selatan